…..Terima Kasih Atas Kunjungan Anada di Blog Iccky…..

Thursday, 16 June 2011

Pengakuan Veteran Atas Tragedi Mandor

 Kepala Terkulai di Truk Jepang

Johan Wahyudi
Borneo Tribune, Mempawah

Raut wajahnya dipenuhi kerutan. Kulitnya sawo matang, terbakar sinar matahari. Kasim, (88 tahun) warga Dusun Parit Banjar, Desa Sungai Bakau Kecil, Kecamatan Mempawah Hilir merupakan veteran yang hingga kini masih aktif mengurus kebun miliknya.

Saat ditemui kediamannya, Tok Su Kasim panggilan sehari-harinya, Sabtu (28/6), kemarin terlihat sedang asik memperbaiki ban sepeda tuanya yang mengalami kerusakan. Di dalam rumah ada istri yang sedang memasak menggunakan api tungku, sedangkan anak perempuannya sedang membersihkan rumah.

“Apa kabar tok?” Saya menyapa.
“Baik-baik saja, cuma badan sudah tidak kuat lagi. Tapi untuk membersihkan rumput di kebun masih bisalah, apalagi mata ini agak rabun,” akunya sambil tertawa ringan.

Dan ketika saya, menanyakan kenang-kenanganya pada masa penjajahan ia berusaha mengenang masa lalunya. “Saya sangat sakit hati dengan penjajah, mendengar cerita ibu saya, tentang kekejaman penjajah. Dan orang tua saya pergi dari Banjar hanya menggunakan sampan untuk menyelamatkan diri,” ceritanya dimana pada saat itu ia masih kecil, bahkan ia sendiri tidak sempat mengenal wajah orang tuanya.

Di usia 17 tahun, dia sempat masuk dalam pasukan pemberontak penajajah Belanda. Selama masuk pasukan pemberontak berbulan-bulan ia bersama teman-temanya tinggal di dalam hutan. Di mana mereka memiliki tugas merusak infrastruktur jalan seperti jembatan untuk menghalangi perjalanan tentara Belanda.

“Kami sempat merobohkan jembatan di Karangan, karena kami mendapat informasi tentara Belanda akan menyerang daerah hulu. Dan selama di dalam hutan kami juga disuplai obat-obatan yang dibantu oleh Dr. Rubini, terutama obat malaria,” katanya.
Dan menurut ingatannya, Jepang mulai mendarat di Kalbar sekitar tahun 1942 dan menjajah Indonesia selama 3 tahun 8 bulan.
Kedatangan Jepang bertujuan mengusir Belanda dari Indonesia. Untuk itu, dirinya sempat mengikuti latihan angkatan perang yang dibentuk tentara Jepang yaitu Kaigun Heiho yang beranggotakan warga pribumi. Bahkan kedatangan tentara Jepang sempat disambut gembira, karena berharap Indonesia terlepas dari penderitaan yang dialami di masa penjajahan Belanda.
“Saya sempat dilatih menjadi tentara pembela tanah air yang dibernama Kaigun Heiho. Di mana kami dikumpulkan di sebuah gereja di Kota Singkawang, di mana seluruh kesehatan tubuh kami diperiksa. Dan di sanalah saya dilatih tentara Jepang menggunakan senapang, membuat granat dan teknik-teknik perang lainnya,” ucapnya.
Dikonfirmasi mengenai terjadinya penangkapan dan pembantain tokoh-tokoh masyarakat Kalbar, Ia menjelaskan karena Jepang mengetahui akan adanya pemberontakan yang dilakukan masyarakat Kalbar yang bertujuan melepaskan diri dari ikatan penjajah. Maka Jepang langsung melakukan penangkapan, terhadap para tokoh-tokoh yang dianggap menjadi otak pemberontakan tersebut.
“Karena Jepang mengetahui akan adanya pemberontakan. Maka para tokoh masyarakat dan pemuda kita ditangkap dan dibawa ke Mandor, lalu dipancung. Dan saya sempat melihat iringan mobil truk Jepang membawa korban. Karena pada saat mereka lewat terpal penutup bak truk tersingkap, sehingga tampak kepala seseorang terkulai bersandar di bak,” katanya.
Sedangkan ditetapkannya tanggal 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah (HBD) oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, terhadap peristiwa pembantaian puluhan ribu masyarakat Kalbar di Mandor yang merupakan bukti sejarah keganasan penjajah Jepang yang tak terlupakan, pria yang rambutya telah memutih ini memberikan pujian.
“Yang masih saya ingat hanya kenang-kenangan pada masa penjajah dulu yang tidak bisa dilupakan,” katanya.

Selengkapnya...

KNPI Dukung Pemerintah Seriusi Mandor

 Borneo Tribune, Pontianak

Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Kalimantan Barat, Adi Cahyono, SH mengatakan pemerintah semestinya sungguh-sungguh memperhatikan persoalan Mandor.
Bagaimana pun juga para korban peristiwa Mandor itu merupakan leluhur atau nenek moyang para generasi penerus bangsa yang ada hingga sekarang. Dan mereka semua rela berjuang demi bangsa ini. ”Kita minta pemerintah tidak main-main dalam memperhatikan persoalan Mandor,” harap Adi.
Kata Adi, semenjak lahirnya payung hukum berupa Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2007 tentang Peristiwa Mandor pada 28 Juni sebagai Hari Berkabung Daerah (HBD) Provinsi Kalimantan Barat, tentu pemerintah harus lebih fokus dan lebih perhatian lagi terhadap situs cagar budaya ini.
Sehingga kawasan yang merupakan cagar budaya dan Monumen Daerah Mandor ini bisa terus lestari dan terjaga sebagai suatu sejarah bagi generasi penerus bangsa. “Kita berharap bahwa hari berkabung daerah ini bisa menjadi momentum untuk menambah energi dalam semangat kita membangun daerah ini. Karena kita bangsa pejuang dan juga merupakan keturunan-keturunan dari para pejuang,” suara Adi terdengar berkobar.
Sejauh ini, kata dia, amanah Perda No.5/2007 yang menyebutkan agar sejarah perjuangan Mandor ini dapat dirangkum dalam bentuk tulisan maupun suatu kompilasi ilmiah. Namun sayang hingga kini hal itu belum terwujud.
Karenanya, Ketua KNPI Provinsi Kalimantan Barat ini menegaskan pemerintah segera melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkati, agar memperoleh data yang valid serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sehingga cita-cita untuk melahirkan buku yang objektif dan ilmiah bagi generasi penerus bangsa untuk mengetahui sejarah Mandor dapat segera terealisasi.
Menurutnya, sejauh ini banyak versi tentang peristiwa Mandor yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga hal itu terkesan membingungkan masyarakat untuk memahami secara utuh tentang sejarah pergerakan nasional di Mandor kala itu.
“Tentunya kita berharap akan mempunyai kesimpulan final terhadap peristiwa berdarah yang terjadi di Mandor. Baik dari segi data korban maupun fakta yang terjadi kala itu. Kita berharap Mandor dapat menjadi salah satu daerah perjuangan di Kalimantan Barat,” ujarnya panjang lebar.
Selaku Ketua KNPI Provinsi Kalimantan Barat, Adi Cahyono berjanji akan memperjuangkan beragam perjuangan terkait peristiwa Mandor. Apakah perjuangan itu dalam bentuk mendesak pemerintah Japang untuk memohon maaf secara resmi terhadap pemerintah republik Indonesia terkait kebiadaban mereka, maupun bentuk perjuangan yang lainnya.
“Artinya, KNPI senantiasa berjuang bersama-sama masyarakat dan rakyat Indonesia untuk memperjuangkan peristiwa Mandor. Bagaimana pun juga ini merupakan bentuk tanggungjawab kita terhadap perjuangan yang telah dilakukan para leluhur kita dalam melawan penjajah,”pungkasnya.
Selengkapnya...

Mempertanyakan Bantuan Jepang untuk Mandor

 Borneo Tribune, Pontianak

Juru kunci makam juang Mandor, Abdussamad Ahmad yang kini berusia 72 tahun usai peringatan Hari Berkabung Daerah, Sabtu (28/6) mempertanyakan pada pemerintah ke mana bantuan yang pernah diberikan pemerintah Jepang beberapa tahun yang lalu yang besarnya Rp100 miliar untuk pembangunan Rumah Sakit Mandor.
“Saya waktu itu membuat proposal permintaan pertanggungjawaban dari pemerintah Jepang dan pemerintah Jepang sempat berjanji akan memberikan bantuan pendirian Rumah Sakit Mandor,” katanya.
Sekitar tahun 1990-an, dirinya pernah mendengar pemerintah Jepang telah memberikan bantuan dana sebesar Rp100 miliar untuk pendirian rumah sakit Mandor. Tapi oleh Gubernur Aspar Aswin dana tersebut justru digunakan untuk membeli alat-alat kesehatan bagi seluruh rumah sakit di Kalbar. Waktu itu, lanjutnya, Dr Subuh yang tahu persis dana tersebut. Karena Dr Subuh sebagai pejabat di Kanwil bagian penanganan bantuan luar negeri.
”Saya minta pada Dr Subuh yang saat ini menjadi Kepala RSUD Soedarso untuk memberikan transparansi penggunaan bantuan tersebut,” pintanya.
Ia meminta pemerintah merehabilitasi monumen dan makam-makam juang di Mandor. ”Buktikan jika bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya,” kata dia.
Bagi generasi muda, ia berharap peringatan hari berkabung daerah bukan hanya sekadar diperingati sebagai hari bersejarah saja yang hanya mengingat sejarah. Tapi sejarah ini harus dipelajari oleh generasi muda agar para generasi muda dapat menanamkan nilai-nilai kepahlawanan para pahlawan dalam diri mereka.
”Tanamkanlah semangat kepahlawanan untuk membangun bangsa ini,” harapnya.
Uca Suherman, mantan Kepala Pukesmas Mandor membenarkan pernyataan Abdussamad. Ia mengatakan dirinya bersama Abdussamad yang membuat proposal dan dikirim ke Kedubes Jepang agar pemerintah Jepang bertanggungjawab terhadap tragedi Mandor. Tapi ketika pemerintah Jepang mau bertanggungjawab dengan memberikan bantuan dana pendirian rumah sakit di Mandor justru pemerintah Kalbar yang menyalahgunakan dana tersebut. Bahkan ia mengakui dirinya tidak pernah melihat uang bantuan dari Jepang tersebut. Padahal saat ini ia betul-betul memperjuangkan bantuan dari pemerintah Jepang sementara pemerintah Kalbar tidak terlalu banyak berbuat bahkan terkesan tidak mengurus masalah Mandor.
Melihat kondisi Makam Mandor saat ini, Uca sangat prihatin, karena sampai sekarang daerah di sekitar makam yang telah gundul akibat PETI belum juga direhabilitasi. ”Bagaimana ingin menghargai jasa para pahlawan jika makam pahlawan saja digali sebagai lahan tambang emas. Akibat penggalian emas di sini banyak tengkorak para pahlawan dibuang begitu saja oleh para penambang,” ungkapnya.
Ia mengimbau masyarakat Kalbar untuk kembalilah pada jati diri bangsa yang punya adat istiadat dan bermartabat. ”Apa kata dunia jika anak bangsa justru menghancurkan makam pahlawannya. Untuk para ahli waris, karena mereka hanya memiliki kekuatan suara bukan kekuatan kekuasaan maka para ahli waris ini harus terus memperjuangkan agar pemerintah peduli pada kondisi makam dan nasib para ahli waris,” ungkapnya
Selengkapnya...

Yang Tersisa yang Terabaikan

Borneo Tribune, Landak

Dahulu ketika kecil, tiap kali melewati kawasan Mandor di kabupaten Landak, orang tua sering menceritakan hal yang sama, yaitu tentang salah satu sejarah terbesar di Kalimantan Barat. Cerita itu tak lain mengenai tragedi berdarah yang terjadi di Mandor. Bahwa di kawasan yang kini ditasbihkan sebagai cagar alam pernah terjadi pembunuhan massal yang memakan korban para raja-raja, keluarga kerajaan, kaum cendekiawan, tokoh masyarakat dan rakyat kecil sebanyak 21.037 orang. Sungguh angka yang fantastik.
Saat itu, seperti kebanyakan anak kecil lainnya, cerita sejarah tak terlalu menarik perhatian. Walhasil kisah yang tak pernah bosan diceritakan oleh orang tua tiap melewati tugu Mandor, hanya berhasil menyisakan sepenggal ingatan bahwa orang Jepang itu kejam. Bahwa orang Jepang itu tidak manusiawi. Bahwa banyak rakyat Kalbar yang hingga kini masih antipati dengan segala sesuatu yang berbau Jepang. Itu dulu, ketika barang-barang elektronik buatan Jepang belum menjadi kawan akrab dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tanggal 28 Juni 2008 kemarin, saya berkesempatan untuk datang ke kawasan Mandor tersebut setelah 20 tahun lalu. Saat turun dari mobil, terlihat para pelayat berduyun-duyun bergegas masuk ke lapangan Monumen Daerah, 30 menit sebelum upacara peringatan Hari Berkabung Daerah. Tampak sekitar 1000 massa saat itu,sebagian besar dari mereka adalah keluarga korban, pelajar dan undangan.
Dari jauh terlihat tugu Monumen yang berhiaskan Garuda Pancasila terpancang dengan gagah di bawah langit biru. Sementara di sisi kiri dan kanan, dua prajurit bersenjata dan karangan bunga terlihat berderet rapi di depan relief yang menggambarkan pembantaian massal tersebut. Menakjubkan sekaligus mengerikan. Bagaimana tidak, relief yang digambarkan dengan detil menunjukkan kronologis tragedi berdarah tersebut. Tak mengherankan jika banyak anak kecil yang berkerumun melihat-lihat relief itu.
“Ini apa sih, pak?”, tanya seorang anak pada ayahnya yang tampak tekun memperhatikan relief tersebut. Wajah sang ayah tampak bingung, tampaknya tak tahu harus menjawab apa. Entahlah, apakah Ia sedang kebingungan menyusun kata atau jangan-jangan tidak tahu menahu tentang tragedi berdarah itu?
Entah kenapa, tragedi berdarah yang terjadi di kawasan Mandor tidak pernah mendapat perhatian khusus dari Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah. Jangankan memasukkan tulisan tentang tragedi Mandor ke dalam kurikulum pelajaran sejarah untuk
sekolah dari jenjang SD hingga SMU di Kalbar, mensosialisasikan tentang Hari Berkabung Daerah (HBD) saja tidak ada sama sekali! Hal ini bisa terlihat dengan tidak adanya pengibaran bendera setengah tiang di berbagai kota, kecuali Kabupaten Landak. “Saya tidak tahu, pemerintah tidak ada mensosialisasikannya di koran,” ujar seorang wanita paruh baya di komplek perumahan TNI AD di Pontianak.
Terbersit sedikit pikiran nakal di dalam kepala, mungkin Pemerintah sudah merasa cukup memberikan perhatian dengan mengirim karangan bunga tanda bela sungkawa dan mendegelasikan sejumlah pejabat untuk menghadiri upacara yang dipimpin oleh Sekda Kalbar, Drs H Syakirman. Saat itu, keberadaan Beliau di Tugu Monumen Daerah untuk mewakili Gubernur yang ke Kapuas Hulu dan Wagub yang ke Jambi, sementara Bupati Landak berada di Yogyakarta. Waduh, sebegitu sibuknya kah hingga para pemimpin daerah tidak bisa meluangkan sedikit waktu untuk menunjukkan rasa empati pada sejumlah ahli waris yang telah bela-belain datang dari Pontianak untuk melayat.
Tanpa menafikan upacara yang berlangsung khusuk yang berlangsung selama 30 menit dan dilanjutkan dengan penempatan karangan bunga serta ziarah ke 10 makam massal. Rasanya kasihan sekali melihat sejumlah ahli waris yang tampak khusuk mengikuti upacara di bawah teriknya matahari. Salah satu ahli waris yang diwakili oleh Drs. Gusti Suryansyah, M.Si menyayangkan ketidak hadiran Gubernur atau Wakil Gubernur. Menurutnya, acara Hari Berkabung Daerah ini sangat penting sehingga seharusnya acara yang lain bisa diatur mundur atau dipercepat. Teorinya sih begitu, tapi tampaknya sangat sulit untuk diaplikasikan oleh mereka.
Tampaknya, para pemimpin daerah harus menoleh sejenak ke belakang. Melihat kembali tapak tilas yang dilakukan oleh Gubernur Kadarusno yang mau menunjukkan kepedulian dengan meresmikan Monumen Makam Juang Mandor pada tanggal 28 Juni 1977. Tak hanya itu, beliau tak pernah mengenal lelah untuk mensosialisasikan sejarah tragedi berdarah tersebut.
Satu yang harus kita renungkan, bahwa sejarah ini bukan hanya milik rakyat Kalimantan Barat, tetapi juga milik rakyat Indonesia. Mengapa? Karena korban yang berjatuhan pada 64 tahun yang lalu, sebagian besar mewakili etnik yang ada di Indonesia. Sebut saja Melayu, Dayak, Minahasa, Batak, Jawa bahkan Tionghoa. Beragam etnik yang terlihat dari keberagaman warna kulit, suku dan agama di Mandor menunjukkan duka yang tak pernah terpulihkan.Mungkin duka ini hanya dimiliki oleh sejumlah ahli waris yang merasakan pahitnya ditinggalkan keluarganya. Mungkin hanya ahli waris saja yang perlu berkabung atas malapetaka yang ditimbulkan oleh tentara pendudukan Jepang tahun 1942 – 1945. Karena realita yang terlihat, sama sekali tidak terlihat kepedulian yang ditunjukkan oleh pemerintah daerah dalam tragedi Mandor. Hal ini bisa terlihat dari spanduk-spanduk yang bergelimpangan begitu saja di area Kawasan Makam Mandor, hari Sabtu (28/6), tampaknya ‘lupa’ untuk dirapikan.
Selengkapnya...

Makam Juang Mandor di Mata Anak

Borneo Tribune, Mandor

Setelah kunjungan tanggal 22 Juni 2008, pada tanggal 24 Juni Saya kembali ke Komplek Makam Juang Mandor (kini bernama Monumen Daerah Mandor sesuai Perda No 5 Tahun 2007, red), kali ini misi Saya sederhana saja, ingin mengenalkan situs sejarah perjuangan Mandor ini kepada anak anak.
Sebenarnya mereka sudah beberapa kali diajak singgah ke makam yang heroik dan penuh para pejuang ini, namun kali ini saya ingin mereka mendatanginya dari sisi sejarah perjuangan Bangsa Indonesia khususnya di Kalbar.

Kami sampai di areal jam 13.30, saat itu matahari bersinar terik sekali.
Segera Saya menemui Pak Samad, penjaga makam, memperkenalkannya dengan anak anak dan berbincang sejenak.
Saat itu sempat Saya berikan pesawat HP (hand phone, red) agar bisa berkomunikasi dengan Nur Iskandar, Pimred Borneo Tribune di Pontianak, untuk berjomunikasi soal hasil pertemuan “Mandor Meeting” yang digelar bersama stakeholder di The Roof Cafe, Jumat (20/6) sebelumnya.
Terdengar komunikasi antara Pak Samad dan Nur Iskandar intens. “Iya. Ya, bagus itu. Baguslah kalau begitu,” komentar Pak Samad yang sempat Saya rekam.
Kepada Saya, Pak Samad mengatakan bahwa Nur Iskandar menceritakan hasil-hasil pertemuan di kalangan keluarga korban maupun wakil-wakil pemerintah. “Baguslah jika Tribune Institute dipercaya untuk membuat perencanaan yang menyeluruh mengenai HBD,” ujar Pak Samad meberikan kesimpulannnya.
Setelah minta ijin dan meminjam kunci untuk membuka gembok di jalan masuk menuju areal pemakaman, Saya mengajak anak anak menuju diorama kejadian Mandor yang melukiskan berbagai adegan peristiwa Mandor.
Mulanya ada keengganan anak anak untuk berpindah dari nyamannya kesejukan AC (Air Conditioner, red) mobil ke lapangan terbuka dan disengat sinar matahari, namun begitu Saya mulai bercerita tentang peristiwa Mandor sambil menjelaskan adegan demi adegan yang terdapat pada relief di dinding semen, segera anak anakku takjub, tengelam dalam perenungan alam pemikirannya. Kemudian berbagai pertanyaan mulai muncul dari mulut mereka yang mungil.
“Pa, mengapa Ibu penjual buah ini ditendang Jepang? Apa salahnya?”
“Lihat Pa! Dua ekor ayam ini mau diinjak Jepang ....“
“Papa! Bapak yang pakai kacamata itu dokter ya? Dion lihat ada stetoskop yang di pakainya.”
“Papa...lihat ada orang yang di injak injak ....”
Pada saat sampai di akhir kisah Saya sampaikan setelah Negara Jepang kena bom atom di Nagasaki dan Hiroshima oleh Amerika dan sekutu, kekuatan Jepang berkurang dan akhirnya Jepang menyerah. Tapi sebagian rakyat Kalbar telah dibunuh oleh Jepang karena mereka ingin men-Jepang-kan Kalbar. Para tokoh yang melawan ditangkap dan disiksa. Sebagian dibunuh di tempat ini.
“Papa, Dion mau lihat ada tidak Jepang yang dibunuh oleh pejuang kita!?”

Tuh yang botak dan tengkurap itu ... tunjuk Saya pada relief yang terakhir.

Kemudian kami masuk ke dalam mobil untuk mengunjungi lubang lubang pemakaman massal karena jarak satu makam ke makam yang lainnya cukup jauh. Menurut data Kecamatan Mandor, daerah makam berada di lokasi cagar alam yang luasnya 3.080 hektar.

“Papa, lihat ada korban Jepang yang wartawan!” seru Dion yang membaca papan pengumuman di bagian depan rumah Pak Samad, yang memuat sebagian kecil data korban berikut keterangan profesinya. Dion tampak semakin takjub dan paham bahwa sampai wartawanpun jadi korban keganasan Jepang saat itu.

“Papa nanti kalo ada artis Jepang kita tinju ya!” cetus anakku Dion tiba tiba. Jhas celetukan anak-anak.
Dia pengemar Power Ranger dan Doraemon yang notabene film seri buatan Jepang. Entah apa yang melintas dalam pikirannya soal tinju itu—apakah nasionalisme atau dendam ala anak-anak—segera Saya menjelaskan bahwa meninju artis Jepang itu bukan tindakan yang baik. Mereka juga tidak tahu dan belum tentu setuju dengan tindakan serta kekejaman tentara Jepang masa lalu.
“Kita datang ke sini untuk belajar sejarah, bukan untuk membuka dendam kepada siapapun,” kata Saya.
Saya lantas kuatir bahwa tujuan utama untuk memberikan informasi sejarah perjuangan Kalbar kepada anak Saya malah menghasilkan perasaan dendam pada benaknya kepada Jepang. Semoga tidak.
Kita memang pantas marah dengan kekejaman Jepang yang menelan satu generasi rakyat Kalbar sejumlah 21.037 jiwa, namun bukan dendam negatif, tetapi memetik nilai-nilai kejuangannya untuk membangun Kalbar secara bersama-sama dengan semangat pluralisme lokal, nasional dan internasional.
Dalam kunjungan ini Saya kuatir jika kemarahan anak anak Saya bertambah dengan penjelasan Saya bahwa hamparan pasir putih di sisi kiri jalan menuju makam 1 adalah akibat pertambangan emas liar dan bahwa sebenarnya kita sendiri kurang menunjukkan kemampuan untuk menghargai pengorbanan para pejuang kemerdekaan yang terkubur di sini, namun mereka hanya diam saja ... entah apa yang ada di dalam benak mereka.

Dalam beberapa hari ini, masih ada berbagai pertanyaan yang muncul dari anak anak Saya sehubungan dengan Makam Mandor, umumnya minta diceritakan kembali kejadian Mandor, oleh karena itu Saya mendambakan adanya sebuah buku berupa komik yang bercerita tentang Tragedi Mandor dan sejarah perjuangannya, pasti Saya akan jadi pembeli yang pertama untuk anak anakku.
Selengkapnya...

Siswa Sambas ke Jepang Dari Matang Sigantar Wakili Kalbar

SAMBAS – Satu lagi kado istimewa buat Bupati Juliarti Djuhardi Alwi dan wakilnya, Pabali Musa, mengawali tugas mereka. Salah satu pelajar Sambas, Arrykardianto, akan mewakili Kalbar dalam pertukaran pelajar ke Osaka, Jepang, dalam bidang sains.Bupati langsung menyambut hangat kedatangan Kabid SMK/SMA Dinas Pendidikan (Disdik) Sambas Al-Amruzi MZ, Kepala SMAN 1 Sambas H Nizar, dan guru fisika Tedi Heriyanto, dan sang pelajar Arrykardianto yang merupakan siswa SMAN 1 Sambas yang bakal ke Jepang, di Ruang Kerja Bupati, Selasa (14/6). Bupati perempuan pertama di Kalbar tersebut mengaku senang atas prestasi yang diraih salah satu putera terbaik Sambas ini. “Pertukaran pelajar ini merupakan program pemerintah untuk memajukan pendidikan, tetapi yang terpenting doa, artinya bagaimana pendidikan maju dan berkualitas,” katanya.

Dukungan masyarakat, kata dia, sangat diperlukan untuk menuju Kabupaten Sambas terunggul di Kalbar tahun 2025. ”Pendidikan harus menjadi prioritas utama, apalagi pelajar kita sekarang telah membuktikan diri sebagai duta Indonesia yang mewakili Kabupaten Sambas di Jepang,” kata dia.Rombongang berbincang dengan Bupati. Arrykardianto merupakan satu dari dua perwakilan Kalbar yang akan berangkat ke Jepang. Perwakilan Kalbar lainya adalah siswa SMAN 3 Pontianak. Hanya 16 siswa se-Indonesia yang terpilih berangkat ke Jepang. Mereka merupakan siswa pilihan hasil seleksi yang dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalbar. Rencanannya Arrykardianto akan berangkat ke Jakarta pada 18 Juni mendatang, untuk kemudian terbang ke Jepang. Bupati meminta agar perwakilan pelajar yang mewakili Kabupaten Sambas harus menguasai kreasi. Seperti pantun, tarian, budaya, sejarah, serta lagu daerah. Karena, diingatkan dia, seorang duta harus bisa mempromosikan daerah, sehingga daerahnya dikenal di mancanegara.

Kepala sekolah dan sang guru mengaku bangga atas prestasi siswanya. “Kita sangat bangga, kami berharap prestasi Arrykardianto bisa diikuti kawan dan siswa lainya,” papar Nizar kepada Pontianak Post. Di Jepang, muridnya bakal menjadi duta budaya Sambas.Sementara itu, Arrykardianto tampak gembira dengan tawa sumringah yang meluapkan kebahagiannya bisa berangkat ke negeri Sakura. “Senang Pak, saya tak menyangka bisa ke Jepang, padahal saingan se-Kalbar cukup banyak, dari Matang Sigantar menuju Osaka,” katanya sambil tertawa. Anak pasangan Diman dan Kartina ini merupakan warga Dusun Beringin, desa Matang Sigantar, kecamatan Teluk Keramat. Siswa IPA ini berjanji akan melakukan terbaik memperkenalkan kebudayaan Sambas di Jepang nantinya. 
Selengkapnya...

Peringati Tragedi Mandor, Kalbar Kibarkan Bendera Setengah Tiang


PONTIANAK- Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Christiandy Sanjaya meminta warganya mengibarkan bendera setengah tiang pada Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalbar pada 28 Juni mendatang. Hal itu sebagai bentuk peringatan  Tragedi Mandor yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa dalam perlawanan terhadap pendudukan Jepang.

Menurut Christiandy, banyak nilai-nilai sejarah yang ditinggalkan oleh peristiwa tersebut. Jepang melakukan pembantaian ketika itu untuk menghilangkan satu generasi orang pintar. Sebagian besar korban adalah mereka yang memiliki wawasan luas ketika itu, pintar, dan lainnya.

"Mengapa pendahulu kita dibunuh Jepang, mereka ingin kita ini bodoh saat itu. Kita kehilangan satu generasi. Jangan sampai kita kembali kehilangan generasi pintar lagi," ujar Christiandy.

Saat ini Pemerinah Provinsi Kalbar sedang menuju tahap menyiapkan sumber daya manusia untuk menciptakan generasi pintar. Hari Berkabung Daerah bisa dimaknai dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan berpikir tentang sumbangsih yang bisa diberikan untuk pembangunan daerah ini.

"Pada Hari Berkabung juga ada dilaksanakan ziarah. Jangan sampai nanti masyarakat tidak ada yang tahu, dan tidak mengibarkan bendera setengah tiang," katanya.

Belum lama ini, Kepala Biro Kesejahteraan Sosial Setda Provinsi Kalbar, Susanto Tri Nugroho mengatakan Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalbar yang diperingati setiap 28 Juni akan dilaksanakan di masing-masing satuan kerja perangkat daerah atau instansi provinsi dan seluruh lembaga pendidikan formal, baik negeri maupun swasta pada tahun ini.

Menurut Susanto, keputusan tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pedoman Tata Upacara Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalbar. Hari Berkabung Daerah merupakan hari diperingatinya Tragedi Mandor yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa dalam perlawanan terhadap pendudukan Jepang. "Dalam memperingatinya dilakukan upacara dan mengibarkan bendera setengah tiang," katanya.
Selengkapnya...

Untan Seleksi Guru untuk Anak-anak TKI

PONTIANAK, KOMPAS.com — Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, siap menyeleksi guru yang akan dikontrak pemerintah untuk mengajar anak-anak tenaga kerja Indonesia di Sabah, Malaysia Timur.
"Seleksi ini akan dilakukan secara nasional, dan untuk Kalbar, Untan dipercaya sebagai salah satu panitia seleksi," kata Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Dr Aswandi di Pontianak, Rabu (1/6/2011).
Ia menambahkan, keberangkatan guru yang lulus seleksi akan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama pada September 2011, tahap kedua November 2011, dan tahap ketiga pada Mei 2012.
"Guru kontrak yang ditempatkan di Malaysia mendapatkan tunjangan Rp15 juta per bulan. Itu menunjukkan pemerintah pusat sedang serius dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia," kata Aswandi.
Menurutnya, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Ternyata, lanjut dia, sejauh ini anak-anak Indonesia, selain di dalam negeri dan daerah perbatasan, ada juga yang di luar negeri, tetapi belum mendapatkan pendidikan yang layak.
"Seperti anak-anak TKI yang berada Malaysia dan negara lainnya, saat ini masih belum mendapatkan pendidikan yang layak. Itu karena saat ini masih banyak anak-anak TKI khususnya di Malaysia, yang belum mengenyam pendidikan," ujarnya.
Untuk itu, menurut dia, Pemerintah Indonesia sejak tahun 2004 lalu menurunkan guru kontrak di Malaysia untuk mengajar anak-anak TKI melalui pendidikan formal dan nonformal.
"Pemerintah tidak mau anak-anak TKI yang ada di Malaysia tidak mengenyam pendidikan Indonesia. Karena kalaupun ada anak TKI yang bersekolah di Malaysia, dia akan mengenyam pendidikan di sana sehingga tidak mengenal pendidikan Indonesia," tutur Aswandi.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Indonesia juga telah mempersiapkan tenaga pendidik kontrak yang nantinya akan ditempatkan di Malaysia.
"Dalam rangka pelayanan pendidikan anak-anak Indonesia di Sabah, Malaysia, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional membutuhkan 109 guru sebagai tenaga pengajar untuk ditempatkan di sana," ujarnya.
Aswandi—yang juga ditunjuk sebagai Ketua Panitia Seleksi Guru Kontrak di Sabah, Malaysia, untuk wilayah Kalimantan Barat—menyatakan bahwa pihaknya akan mulai membuka pendaftaran guru kontrak tersebut tanggal 24 Juni mendatang.
Untuk persyaratannya, selain bukan pegawai negeri sipil pendidikan, guru yang akan ditempatkan di sana minimal harus S-1/D-4 dengan IPK minimal 2,7.
"Yang sudah menikah tidak diperkenankan untuk membawa keluarga dan hanya boleh pulang ke Indonesia saat libur sekolah," katanya.
Selain itu, guru tersebut juga harus menandatangani surat perjanjian kerja selama dua tahun setelah lulus seleksi. "Hak yang akan didapatkan guru adalah tunjangan sebesar Rp15 juta per bulan dipotong pajak sesuai ketentuan yang berlaku atau total Rp 360 juta selama dua tahun," ujar Aswandi. 
Selengkapnya...

Sertifikasi Guru Bermasalah



 

PONTIANAK - Kuota guru yang akan disertifikasi pada 2011 di Kalimantan Barat sebanyak 6.604 orang. Dari jumlah tersebut, berdasarkan verifikasi oleh Rayon 120 Sertifikasi Guru Kalbar banyak yang bermasalah. Sebagian besar berkasnya dikembalikan kepada dinas kabupaten dan kota untuk diperbaiki. ”Tetapi hingga saat ini belum ada yang memperbaiki dan mengembalikannya lagi kepada kami,” ujar Wakil Ketua Rayon 120 Sertifikasi Guru Kalbar, Aswandi di ruang kerjanya, Senin (13/6) siang.Aswandi yang juga sebagai anggota konsorsium sertifikasi guru ini mengimbau kepada guru untuk segera mengecek kembali ke dinas kabupaten dan kota masing-masing. Dikarenakan banyak data yang belum lengkap atau kesalahan administrasi lainnya. Beberapa hal yang diverifikasi tim sertifikasi adalah kelengkapan SK dari awal hingga akhir, ijazah berlegalisir, formulir A1, serta persayaratan lainnya.

”Sebagian besar guru yang melegalisir ijazahnya adalah Dinas Pendidikan. Padahal ada lembaga untuk melegalisirnya,” ungkap Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Tanjungpura ini.Menurut Aswandi, permasalahan verifikasi ini tak hanya terjadi di Kalbar, melainkan di seluruh Indonesia. Diharapkan seluruh dinas kabupaten dan kota yang ada di Kalbar juga proaktif. Jika mendapat berkas pengembalian dari tim verifikasi Rayon 120 Sertifikasi Guru Kalbar, diharapkan memberitahukannya kepada guru yang akan menjalani sertifikasi.

”Jangan sampai guru menunggu jadwal untuk pelatihan, tetapi ternyata karena verifikasinya bermasalah dan tidak dipanggil-panggil. Kasihan gurunya,” kata Aswandi.Pada 2011, ada dua cara sertifikasi, yakni dengan portofolio dan melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Di Kalbar, untuk portofolio kuotanya hanya 1 persen atau 64 orang dari total kuota yang ada yakni sebanyak 6.604 orang. Dari kuota portofolio yang diberikan hanya 36 orang mengikuti proses sertifikasi pada tahun ini. Seluruh peserta dari portofolio diwajibkan membawa laptop.

Aswandi menjelaskan PLPG guru akan dilaksanakan sebanyak 9 gelombang di mulai Juni hingga Oktober mendatang. Setiap gelombang terdiri atas 22 kelas. Satu kelas berisi 36 orang. ”Gelombang pertama pembukaannya 19 Juni 2011. Makanya kami berharap secepatnya guru yang verifikasinya bermasalah secepatnya memperbaikinya. Tolong cek di kabupaten dan kota masing-masing, apakah berkasnya kami kembalikan atau tidak,” ujar Aswandi. (uni)
Selengkapnya...

CARUT MARUT DUNIA PENDIDIKAN KALBAR

Pada dasarnya hakikat Pendidikan tercantum dalam UU No 2/1989 (pasal 1) yang dengan gamblang mengungkapkan, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pegajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dari konsep itu, jelas bahwa hakikat pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik lewat proses pendidikan agar mampu mengakses peran mereka di masa yang akan datang. Ini berarti, membekali peserta didik dengan keterampilan yang sangat dibutuhkan sesuai tuntutan zaman menjadi sebuah keniscayaan. Hal itu beranjak dari pesimisme prediksi bahwa seiring dengan meledaknya jumlah lulusan, mereka akan dihadapkan pada kesulitan mencari kesempatan kerja akibat tidak seimbangnya dengan lapangan kerja yang ada.
Memandang lebih dekat pendidikan Kalimantan Barat, “Keterpurukkan” merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan wajah pendidikan di Kalimantan Barat saat ini. Bagaimana tidak ?, Dalam aspek penuntasan buta aksara saja secara nasional Kalimantan Barat berada pada peringkat 23 dari 33 provinsi yang ada. Lain lagi dalam hal Indeks Pembangunan Manusia (IPM), berdasarkan data BPS, IPM Kalimantan Barat justru mengalami penurunan yang signifikan dari peringkat 26 menjadi peringkat ke-28. Hal ini diperparah lagi dengan data yang mengatakan bahwa IPM Kalimntan Barat terendah pada regional Kalimantan.
Timbul pertanyaan ”Mengapa kualitas Pendidikan di Kalimantan Barat rendah?”, jawabnya mudah, karena rata-rata pedidikan masyarakat Kalimantan Barat paling tinggi berada pada tigkat sekolah dasar. Sementara itu, perguruan tinggi yang ada di Kalimantan Barat menerbitkan pengangguran intelektual yang justru menimbulkan imej buruk untuk meningkatkan kaulitas pendidikan di kalangan masyarakat.
Selain permasalahan di atas, kurangnya infrastruktur yang memprihatinkan juga menjadi sederet persoalan, mengapa pendidikan di Kalimantan sulit untuk maju. Untuk menampung seluruh lulusan sekolah dasar saja setidaknya dibutuhkan 950 SMP sederajat, tetapi pada kenyataannya sekolah yang baru tersedia hanya tersedia sekitar 700 SMP, baik negeri maupun swasta.
Tingkat ekonomi masyarakat yang rendah serta jumlah mutu dan penyebaran guru yang tidak merata di setiap daerah juga dikatakan menjadi penyebab rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kalimantan Barat. Apalagi Pemerintak Provinsi Kalimantan Barat blum mampu memenuhi proporsi 20 % APBD untuk fungsi pendidikan yang saat ini hanya dianggarkan sebesar 13,75 % atau sekitar Rp 202 miliar.
Menerawang jauh pada 63 tahun silam, ketika Indonesia telah merdeka, banyak pemikiran-pemikiran yang dihasilkan terutama pada saat pemerintahan Soekarno-Hatta (1945-1950) yang benar-benar berpijak pada UUD 1945 dan Pancasila. Tetapi, kini di tengah era globalisasi dimana kita dituntut untuk dapat bersaing dengan daerah ataupun Negara lain dalam hal peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), justru membuat pendidikan bangsa dan daerah kita khususnya Kalimantan Barat saat ini tidak jauh lebih baik dari pendidikan zaman dahulu yang segalanya serba terbatas. Saat ini pembukaan UUD 1945 yang isinya mencerdaskan kehidupan  bangsa tidak lagi diperhatikan eksistensinya, justru saat ini beralih arah yang digunakan kaum berkepentingan untuk melancarkan aksi politiknya.
Sebagai gambaran nyata mengenai pendidikan di Kalimantan Barat, rata-rata kaum muda di Puring Kencana (sebuah daerah di Kapuas Hulu) hanya tamatan sekolah dasar. Wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah belum berjalan sebagaimna mestinya. Dari 10 siswa tamatan sekolah dasar, maksimal hanya 4 orang yang melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. Dari 10 orang tamatan SMP, maksimal hanya 2 orang yang mampu dan mau melanjutkan pendidikan pada tingkat SMA. Kebanyakan dari anak-anak disana lebih memilih bekerja sebagai buruh kasar di Serawak, dengan dalih gaji yang menjanjikan dan kalaupun anak-anak itu melanjutkan pendidikan mereka ke tingkat SMA, mereka mesti sekolah ke Nanga Badau, sekitar 36 km jaraknya dari Puring Kecana (sumber sinarharapan.com)
Kalau dipikir-pikir saat ini kita memerlukan bupati, walikota, dan gubernur yang gila. Gila yang sebenarnya yakni, gila pada bidang pendidikan. Hal ini demi peningkatan kualitas sektor pendidikan di Kalimantan Barat. Jika bupati, walikota, gubernur saat ini dapat meningkatkan anggaran untuk pendidikan di daerahnya masing-masing, otomatis kita dapat mengejar ketertinggalan di atas angka 90%. Peningkatan anggaran pendidikan dalam APBD Kalimantan Barat juga antara lain diarahkan untuk penuntasan wajib belajar 9 tahun merata di seluruh daerah Kalimantan Barat baik di perkotaan maupun di daerah pedalaman. Di samping itu, sebagian dana pun digunakan untuk peningkatan kesejahteraan dan mutu guru di Kalimantan Barat misalnya berupa diklat guru mata pelajaran yang diujikan secara nasional.
“Sudah selayaknya kalau pemerintah berpihak terhadap kesejahteraan dan meningkatkan sumber daya manusia guru itu sendiri. Sebab, melihat selama ini laskar ‘Umar Bakri’ alias guru-guru diabaikan, baik dari sisi kesejahteraan dan fasilitas lainnya. Wajar saja, kalau mutu pendidikan yang dihasilkan belumlah maksimal seperti yang diharapkan.
Jika kita bicara masalah kesejahteraan selama ini, dapat dilihat perbedaan yang cukup menyolok antara guru dengan PNS lainnya. Setidaknya jika dilihat dari sisi pakaian saja, guru pengadaannya harus merogaoh kantong sendiri. Sementara PNS di Seperti pakaian batik daerah misalnya. Itu baru satu contoh kecil, masih banyak hal-hal lain yang menyangkut masalah kesejahteraan guru. Lihat saja, sebutannya ada guru Bantu, ada guru PTT, ada guru bertugas di tempat terpencil, dan ada guru sekolah kecil, dan lain-lain. Jika bicara masalah kesejahteraannya, jelas satu sama lain tidak sama dengan PNS yang bertugas di lingkungan pemerintahan Kabupaten.
Belum lagi kebijakan pimpinan (Kades) yang sepertinya juga belum terlihat keberpihakannya kepada guru itu sendiri. Semestinya, guru yang bertugas di desa atau SD terpencil diberikan santunan (tunjangan ) yang memadai. Dengan begitu, mereka dalam melaksanakan tugasnya tidak lagi memikirkan tambahan harus dapat dari mana selain gaji.
Pemotongan gaji untuk kepentingan-kepentingan tertentu semestinya harus dihapuskan, terutama bagi guru yang bertugas jauh dari keramaian. Memberikan penghargaan dan bonus bagi guru yang bertugas dan mengabdi di pelosok negeri yang berada di tengah hutan dan perkampungan. (Ketua Komisi D DPRD Kalbar, Anwar S.Pd) mengaku dunia pendidikan saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan. Karenanya dia mengajak semua elemen anak bangsa secara bersama-sama untuk berperan serta dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di daerah ini.
Kualitas pendidikan di Kalimantan Barat tidak terlepas dari peranan seluruh masyarakat. Saat ini kita memerlukan pemerintah yang memiliki komitmen yang kuat untuk memprioritaskan pendidikan pada posisi atas sehingga kita dapat mengatasi seluruh problematika pendidikan yang ada di Kalimantan Barat dengan cepat.
Upaya tepat yang dapat pemerintah daerah lakukan di saat kondisi pendidikan Kalimantan Barat yang berada pada posisi yang memprihatinkan yakni, Pemerintah harus mengupayaka dan menyiapkan unit-unit sekolah baru (USB) SMP agar didorong penyebarannya hingga menyentuh daerah pedalaman sehingga perkembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di daerah pedalaman dapat terealisasi dengan seimbang, yang kedua pemerintah harus lebih banyak menyiapkan mobil-mobil perpustakaan keliling dalam upaya penuntasan buta aksara yang ada di daerah Kalimantan Barat serta melakukan kegiatan lainnya seperti, launching layanan internet gratis, pameran dan  bursa buku murah, dan lain sebagainya. Dan yang ketiga pemerintah Kalimantan Barat dapat membuat suatu organisasi yang mewadahi mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Kalimantan Barat untuk mempercepat proses penuntasan buta aksara/buta huruf selain dengan mengguanakan mobil-mobil perpustakaan keliling, karena seperti yang kita ketahui bersama mahasiswa merupakan agent of change yaitu, agen perubahan yang sebenarnya memiliki peranan yang sangat besar dan produktif dalam membantu pemerintah Kalimantan Barat untuk mempercepat proses penuntasan buta aksara dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya SDM pada masyarakat Kalimantan Barat.
Harapan terakhir semoga pendidikan di Kalimantan Barat dapat bangkit dari keterpurukkan sehingga Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dapat mewujudkan visinya yaitu, dapat mewujudkan masyarakat cerdas yang mengandung pengertian bahwa sumber daya di Provinsi Kalimantan Barta diharapkan memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, serta tentunya berkualitas pendidikan yang tinggi.
“ Sebuah perubahan akan dapat diwujudkan apabila pemerintah dan masyarakatnya mau melakukan perubahan itu.”
Selengkapnya...

Gerhana Bulan Perdana 2011 Disaksikan Seluruh Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Gerhana bulan penuh akan terjadi Kamis (16/6) dini hari. Keunikan gerhana bulan penuh kali ini dibandingkan yang sebelumnya adalah karena peristiwa alam tersebut akan bisa disaksikan di seluruh wilayah Indonesia secara merata.
Peristiwa gerhana bulan nanti adalah gerhana bulan total pertama pada tahun 2011 ini. Gerhana bulan total kedua diprediksi akan terjadi 10 Desember nanti."Total tahun ini akan terjadi enam gerhana," kata Astronom Institut Teknologi Bandung (ITB), Moedji Raharto.
Dua dari total enam gerhana tersebut adalah gerhana bulan total, sedangkan empat lainnya adalah gerhana matahari sebagian. Peristiwa gerhana matahari pertama dan kedua sudah terjadi masing-masing 4 Januari dan 1 Juni lalu, namun peristiwa tersebut tidak bisa dilihat di Indonesia, begitu juga gerhana matahari pada 1 Juli dan 25 November nanti.
Menurut Moedji, peristiwa nanti merupakan peristiwa yang unik karena bulan yang masuk ke umbra bumi sama sekali tidak dapat sorotan cahaya dari matahari kecuali yang dibelokkan bumi. Ia memprediksi akan terdapat warna-warni di daerah umbra yang merupakan indikator dari tanggungan debu aerosol yang ada di angkasa bumi. "itu sangat unik karena saat ini sering hujan, meskipun seharusnya masuk musim kemarau," katanya
Moedji menyatakan tinggi gerhana bulan nanti rata-rata adalah 45 derajat. Khusus untuk wilayah Indonesia bagian timur, seperti Jayapura, tampaknya tingginya hanya 20 derajat.
Moedji merinci, fenomena gerhana umbra nanti sebenarnya akan berlangsung sejak pukul 01.22 WIB sampai pukul 05.03 WIB. Namun gerhana bulan total hanya akan berlangsung selama satu jam 41 menit, yakni dari pukul 02.2 WIB sampai 04.03 WIB. Puncak gerhana bulan total akan berlangsung pada pukul 03.13 WIB, yaitu ketika posisi pusat bundaran blan berada dekat dengan sumbu kerucut Umbra.
Momen gerhana Umbra 16 Juni 2011 akan berlangsung dini hari pada jam 01:22 wib – jam 05: 03 wib. Kemudian Bulan meninggalkan Penumbra pada jam 06:01 wib. Diantara momen gerhana Umbra tersebut terdapat momen gerhana Bulan Total yang akan berlangsung selama 1 jam 41 menit yaitu antara jam 02.22 WIB sampai 04.03 WIB
http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/11/06/14/lms8h2-gerhana-bulan-perdana-2011-disaksikan-seluruh-indonesia Selengkapnya...

Tips Memotret Gerhana Bulan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pada Kamis, 16 Juni 2011 dini hari nanti, gerhana bulan akan menampilkan bulan yang bersinar lebih terang dan lebih besar. Peristiwa ini amat menarik bila bisa direkam dengan kamera.

Tapi, memotret bulan adalah tantangan tersendiri. Ketika mendekati penuh, bulan sangat sulit difoto karena pancaran sinarnya sangat intensif sehingga sulit mendapatkan bagian yang paling terang secara mendetail.

Pada saat bulan penuh, bumi berada antara bulan dan matahari. Sinar matahari terpantul ke arah kita sehingga tak ada bayangan untuk menyajikan kontras. Berbeda pada saat bulan sabit, yang bisa direkam dengan eksposur lebih panjang atau latar belakang yang lebih gelap untuk memperlihatkan cahaya terbaiknya.

Menurut Tony Hoffman dari situs berita teknologi PCmag.com, untuk memotret gerhana bulan penuh tak ada rumus ajaibnya. Semua tergantung pada kamera dan jenis lensa, fase bulan, waktu siang atau malam, dan kondisi lokal. Meski begitu, Hoffman berbagi enam tips untuk memotret gerhana bulan agar mendapatkan foto yang paling indah.

1. Memotret waktu senja. Apabila kamera Anda tak memiliki kontrol manual, pilihlah waktu pemotretan pada senja hari. Saat itu, cahaya bulan cukup terang untuk dipotret pada eksposur yang cukup pendek. Malah Anda bisa mengandalkan moda otomatis. Apabila sudah telanjur malam, pakailah lampu kilat. Lampu kilat akan memperpendek waktu eksposur sehingga bulan tak mengalami overexposure. Untuk   close-up pakailah setting pembesaran lensa paling tinggi.

2. Perbaiki setting. Atur ISO ke angka rendah, 80 atau 100. Apabila kamera Anda memiliki moda "infinity" lebih bagus lagi. Apabila tak ada, autofocus juga sudah baik.

3. Pakai penopang seperti tripod atau penopang yang kuat. Aktifkan penstabil gambar di lensa. Ingat, gerakan sedikit saja sudah membuat gambar jadi tak jelas. Bila memakai DSLR, Anda membutuhkan lensa tele. Bila tak ada tripod atur ISO ke 400 atau lebih untuk mendapatkan eksposur lebih pendek tanpa membuat gambar terlalu gelap. Harga untuk ISO yang tinggi adalah noise yang tinggi pula karena itu jangan memakai ISO terlalu tinggi.

4. Jangan batasi jepretan. Dengan kapasitas kartu memori yang besar, Anda bisa mengambil gambar beberapa kali secara berkelanjutan. Ini untuk mendapatkan hasil terbaik, khususnya dengan kamera DSLR berlensa tele. Memotret dengan panjang eksposur berbeda-beda akan meningkatkan kemungkinan mendapatkan foto terbaik. Bila bulan mendekati penuh, mulailah dengan ISO rendah, biasanya 100 dengan aperture f/6.6, dan panjang eksposur 1/100 detik. Secara berkala tingkatkan eksposur sampai gambar bulan menjadi gelap.

5. Pilih latar belakang yang menarik. Untungnya bulan bergerak lambat sehingga pastikan cukup waktu untuk mendapatkan latar berupa bangunan, pohon, atau obyek lain untuk mendukung gambar bulan pada posisi yang tepat.

6. Edit foto dengan peranti lunak. Mulailah dengan memotong banyak latar hitam lalu atur brightness dan contrast sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Hoffman biasanya memilih untuk mengurangi saturation karena pada kenyataannya bulan itu relatif tak berwarna.
Selengkapnya...