A. Ciri-Ciri
Historiografi Tradisional di Asia Tenggara
Spereti yang telah
dijelaskan pada latar belakang, bahwa historiografi tradisional Asia Tenggara
sebelum abad ke-XX masih dipengaruhi oleh agama. Berdasarkan agama itulah maka
historiografi di Indonesia dapat dibedakan kedalam empat wilayah yang meiliki agama
dan pengalaman baca tulis yang berbeda. Penggolongan ini digunakan untuk
menjelaskan secara jelas mengani historiografi di Indonesia. Adapun keempat
wiilayah Asia Tenggara tersebut adalah sebagai berikut;
1.
Pengaruh Agama
Theravada di Muangthai dan Kamboja
Bangsa Mon adalah bangsa yang banyak mendiami daerah
daerah-daerah di Burma. Negara Burma yang berbatasan dengan India, membuat
negara ini mayoritas penganut agama Budha yang juga berasal dari India. Agama
Budha yang dianut oleh para bangsa Mon berbeda dengan yang ada di India.
Penduduk Mon banyak menganut agam Budha Theravada Sinhala yang masuk ke Burma
pada tahun 1190 yang menyebar pada abad ke-13 dari bangsa Mon dna Burma ke
bangsa Shan, Thai Laos dan Kamboja. Threvada yang telah berkembang bangsa-bangsa
diluar bangsa Mon ini tidak diterima utuh oleh masyarakat setempat, namun
terjadi alkulturasi dengan agama-agama masyarakat pribumi. Berkembangnya agama
Budha Theravada ini semakin menggusur keberadaan Budha Mahayana dan Hindu yang
sebelumnya banyak berkembang di Asia tenggara. Namun demikian agama Budha
Mahayana dan hindu masih dianut oleh kaum elit di Asia Tenggara.
Setelah masuknya agama Theravada Sinhala membuat agama Budha
Hinayyana yang sebelumnya dinut Kerajaan Pagan (pemerinthan Anawratalah) ulai
tergantikan. Tepatnya pada masa pemerintahan raja naraphatisitu banyak
kebudayaan dan karya sastra yang dibuat didasarkan pada ajaran agama Theravada.
Misalnya pada abad ke-13 bangsa Mon menyusun sebuah kronik (Rajawan dan
berbagai bentuk Genelogis) yang menetapkan suatu tradisi penggabungan data-data
mengenai dinasti, anekdot mengenai raja-raja, serta berbagai mitos dan legenda
yang memberikan arti pada setiap pemerintahan. Tradisi ini semakin diperkuat
denagn pemasukan ksadaran kronologi yang lebih teliti dalam komposisi tulisan
yang dibuat oleh bangsa Mon.
Salah satu kronik yang dibuat oleh orang-orang Burma adalah Yazawin (Kronik Burma) yang berasal dari abad ke-18 dan abad ke-19 yang merupakan:
Salah satu kronik yang dibuat oleh orang-orang Burma adalah Yazawin (Kronik Burma) yang berasal dari abad ke-18 dan abad ke-19 yang merupakan:
a. Tulisan
asli Burma dengan animisme lokal dan konsep mengenai raja serta kosmologi Birma
sendiri
b. Karya
ini disusun oleh para biarawan serta para brahmana terpelajar.
c. Mengandung bahan-bahan berharga bagi
tulisan-tulisan pertama dari orang-orang Eropa mengenai Burma.
Tradisi seperti
ii juga berkembang di Muangthai atau Thailand. Tidak jauh berbeda perkembangan
tradisi ini juga dibawa oleh para biarawan dan menteri yang terpelajar yang
berasal dari Sri Langka, yang dimungkinkan berasal dari bangsa yang berbahasa
Mon-Khmer yang tinggal dilembah sungai Menam. Namun sebagian besar kronik ini
musnah ketika Ayuthia diserbu Burma pada tahun 1767 yang dipimpin oleh Raja
Hsin Byusin. Yang mana Ayuthia kalah dalam ppeprangan ini. Dari semua kronik
yang masih tercatat adalah Pongsawadan yang disusun pada tahun 1680 dan
meliputi antara tahun 1350-1605. bentuk kronik in kebali dikembangkan pada
akhir abad ke-18. kebanyakan kronik di Muangthai, Kamboja, Burma dan
negara-negara Malaysia seperti onghala dan Saiburi dibentuk dalam bentuk kronik
tersebut.
2.
Pengaruh Islam di
Indonesia, Malaysia dan Filipina Selatan
Hampir
seluruh wilayah di Asia Tenggara mendapat pengaruh agama Hindu dan Budha yang
berasal dari India. Namun dalam perkembangannya wilayah Indoneisa, Malaysia dan
fillipina bagian selatan mendapat pengaruh dari agama Islam, yang kemudian
membuat agama Hindu dan Budha kehilangan landasannya di tga daerah tersebut.
Dalam awal penulisan sejarah tradisional di Indonesia agama Hindu dan budha
memeganga peranan yang cukup penting.
Orang-orang
Jawa bnayak meninggalakan monumen dan inskripsi-inskripsi yang bercorak
Hindu-Budha. Tidak hanya berupa monumen, sajak-sajak epik seperti
Negarakertagama, Pararaton, Babad tanah Jawi (abad 14-17), pemujaan
pujangga-pujangga keraton terhadap raja, penyusunan geneologi, serta penyempurnaan
sajak-sajak. Orang Jawa dan melayu memiliki kesadaran kontinuitas, keinginan
untuk meneruskan kekuasaan yang sah dan kedaulatan tokoh dimasa lampau dengan
asal-usul sejarah mereka., selalu dipertahankan hingga berabad-abad. Hal
tersebut menyebabkan ketidakadanya ketep[atan kronologis.
Tulisan-tulisan
dalam bahasa melayu lebih berkembang sebagai sejarah, misalnya saja Kitab
Sejarah Melayu yang berisi tentang Kerjaan Johor dan Riaulingga. Selain itu
juga kronik bersajak seperti Sha’ir Perang Mekasar. Tulisan-tulisan dalam
bahasa melayu ini merupakan uraian mengenai dan tempat hidup, namun belum
terdapat kronologis, walaupun deikian lukisan mengenai hubungan antara tokoh
lebih tepat. Tidak banyak tulisan yang berbau mitos dan lebih banyakl
terkandung unsur nilai-nilai tentang kepatuhandan kejujuran. Selain digunakan
untuk mendidik juga digunakan untuk menghibur. Contoh yang menonjol dalam
sejarah melayu adalah tentang sejarah sosial” Misa Melayu, Hikayat Abdullah dan
Tuhfal-ul Nafls (abad 18-19).
3.
Pengaruh
Agam dan Budaya Cina di Vietnam
Vietnam bagian Utara adalah salah satu
daerah jajahan atau fasal Cina. Selama pendudukan Cina di Vietnam Utara banyak
pengaruh yang diberikan Cina terhadap Vietnam. Seperti daerah jajahannya Cina
lainnya (Korea dan Jepang), Cina juga menanamkan kebudayaan yang mereka miliki
kedaerah fasal mereka. Penjajahan Cina itu membuat berhasil menentukan sifat
dan historiografi di Vietnam Utara. Karya-karya tradisional seperti Cina masih
ada sampai abad ke 19 dan ke 20.
Setelah Vietnam melepaskan diri dari penguasaan Cina, Vietnam masih memegang peradapan Cina yang telah ditanamkan sebelumnya. Agama Theravada yang berhasil menaklukkan sebagian Indocina atau Asia Tenggara Kontinental tidak serta-merta membuat keyakinan bangsa Vietnam beralih agama. Sehingga Vietnam tidak terpengaruh dan tetap menganut agama Budha Mahayana dari alirn di Cina. Sehingga karya-karya yang dihasilkan di vietnam jauh berbeda dengan negara Indocina lainnya yang terpengaruh oleh agama Theravada.
Setelah Vietnam melepaskan diri dari penguasaan Cina, Vietnam masih memegang peradapan Cina yang telah ditanamkan sebelumnya. Agama Theravada yang berhasil menaklukkan sebagian Indocina atau Asia Tenggara Kontinental tidak serta-merta membuat keyakinan bangsa Vietnam beralih agama. Sehingga Vietnam tidak terpengaruh dan tetap menganut agama Budha Mahayana dari alirn di Cina. Sehingga karya-karya yang dihasilkan di vietnam jauh berbeda dengan negara Indocina lainnya yang terpengaruh oleh agama Theravada.
4.
Pengaruh
Agama Kristen di Fllipana
Ketika mulai berkembangnya pelayaran
samudra yang raai dilakukan oleh bangsa Barat, hal itu mendorong orang-orang
Spanyol untuk melakukan perjalanan. Pada abad ke-16 spanyol berhasil sampai dan
menduduki kawasan Fillipina. Spanyol yang masuk ke Fillipina membawa asas 3G
(Gold, Glory dan Gospel). Penyebaran agama katolik di fillipina mebuat masuk
pula bentuk historiografi tradisional katolik Roma yang berkembang berkembang
sejajar dengan kronil berbahasa Melayu di kepulauan Sulu. Tradisi ini masih
berkembang sampai abad ke-19 dan sisanya masih ada hingga sekarang.
B. Ciri-ciri Historiografi Tradisional
Sejarah di Asia
Tenggara sering dikatakan tidak memiliki keutuhan tema hingga masuknya
peradaban industri modern, yakni selama seratus tahun terakhir. Ada tradisi
yang memiliki asal-usul yang sama, namun berkembang menjadi tradisi yang khas
di masing-masing wilayah sesuai dengan kebudayaan masing-masing wilayah. Hal
itu menunjukkan bahwa terdapat ciri-ciri asli yang khusus dari masing-asing bangsa.
Ciri-ciri yang memiliki kesamaan antara negara di Asia Tenggara antara lain:
1.
karya-karya
yang dihasilkan baik di bagian geneologi namun terdapat kelemahan dalam hal
kronologi dan detil-detil biografis.
2.
tulisan
pada masa ini lebih ditekankan pada gaya bercerita, bahan-bahan anekdot, dan
pengguanaan agama sebagai alat pengajaran sejarah.
3.
bila
karya-karya tersebut bersifat sekuler maka nampak adanya persamaan da;lam hal
perhatian terhadap kingship (konsep mengenai Raja), serta tekanan diletakkan
pada kontibuitas dan loyalitas yang ortodoks.
4.
Pertimbangan-pertimbangan
astorlogis dan kosmologis cenderung untuk menyampaikan menegenai sebab-akibat
dan ide kemajuan (progress).
Walaupun terletak
disatu kawasan yang sama, namun terdapat ula perbedaan-perbedaan dalam
historiografi di Asia tenggara. Adapun perbedaan itu antara lain adalah sebagai
berikut:
1. persaingan nasional memperngaruhi karya
mengenai bangsa-bangsa yang bertetangga, misalnya karya-karya orang Burma dan
Muangthai.
2. perbedaaan bahasa di Asia tenggara
sebelum terbentuknya bahasa Pali banyak karya-karya yang tidak dapat dibaca
oleh orang dari luar bangsa tersebut.
3. kebijakan-kebijakanRaja mengenai
penulisan sejarah yang beragam. Misalnya, karya-karya islam dan Melayu
diedarkan dikalangan umum, sedangkan karya-krya yang dihasilkan orang-orang
Muangthai dan Burma serta Vietnam hanya digunakan untuk kepentingan pihak
resmi.
4. agama telah memilsahkan agama para
sejarawan Indo-islam dari konteks sosio-ekonomi agama Hindu. Agama juga
memisahkan orang-orang Muangthai dari Historiografi Asia Timur di Vietnam.
Agama juga memisahkan antara Melayu-jawa dari orang-orang Muangthai, Burma
disatu pihak dan orang Fillipina di pihak lain.
C. Historiografi Asia Tenggara Modern
Historiografi Modern
tumbuh dan telah berkembang di Eropa jauh sebelum di perkembangan historiografi
di Asia Tenggara. Historiografi modern baru berkembang di Asia Tenggara pada
pertenaghan abad ke-19, setelah ilmu pengetahuan dan kebudayaan barat mulai
masuk di kawasan Asia Tenggara. Karena pendudukan orang eropa yang tidak
menyeluruh sehngga tidak memungkinkan penyebaran ilmu pengetahuan secara
menyeluruh, sehingga tidak memungkinkan untuk mengembangkan historiografi
modern. Pada abad ke-16 sampai ke-19 kebnyakkan hasil tulisan sejarah banyak ditulis
oleh orang-orang Eropa. Penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang-orang Eropa
belum dapat mempengaruhi bentuk historiografi di Asia Tenggara. Berikut adalah
beberapa contoh historiografi modern di Asia tenggara:
1. Indonesia dan Malaysia
Pembentukkan Btavia
Genootscap voor kunsten en Wetenshappen (Perhimpunan Batavia untuk seni dan
Ilmu Pengetahuan) tahun 1778, buku karya William Marsden Hiatory of Sumatra
(1783), serta buku karya Raffles History of Java (1817), sedikit sekali
merangsang penulisan sejarah di Indonesia. Pada akhir abad ke -19 dengan
dihidupkannya kembali Perhimpunan Batavia untuk seni dan Ilmu Pengetahuan,
serta dibentuknya Cabang Straits dari masyarakat kerajaan Asia pada tahun 1878,
mulailah dilakukan kegiatan ilmiah mulai berkembang di Indoneisa dan Malaysia.
Walaupun demikian penulisan babad masih tetap ada.
2. Burma dan muangthai
Tidak hanya di
Indonesia, orang-orang Eropa di Burma dan Muangthai juga menulis karya sejarah.
Misalnya, Arthur Phrye (History of Burma, 1883), WAR Wood (A History of Siam,
1902) serta beberapa majalah Ilmiah seperti Juenal masyarakat Burma dan Jurnal
masyarakat Muangthai. Para penulis dari Eropa it sangat bergantung pada
penelitian setempat.
3. Vietnam
Sejarawan tradisional Vietnam banyak
membantu sarjana-sarjana Perancis yang tergabung dalam Ecole Francais d’Etreme
Orient (Sekolah perancis Mengenai timur Jauh), yang didirikan tahun 1900 dan
bertujuan untuk engembangkan ilmu sosiologi yang sudah muali berkembang di
Perancis pada saat itu. Karya-karya yang dibuat sarjana-sarjana Pernacis
tersebut diterbitkan dalam sbuah buletin. Selain itu arsip-arsip kerajaan Hue
masih menyimpan dokumen-dokumen secara tradisional samapai beberapa tahun
sebelum pendudukan Perancis. Sehingga semakin mempermudah penelitian yang dilakukan
oleh sarjana-sarjana asal Perancia.
4. Fillipina
Pada masa pendudukan Amerika, banyak
sarjana Amerika yang mempelajari sejarah Filipina dari dokumen-dokumen kolonial
dan dokumen-dokemen missi Spanyol. Salah satu karya yang penting adalah, karya
E. H Blair dan J A Robertson (The Phillipine Island, 1493-1889) yang terdiri
dari 55 jilid dan diterbitkan tahun 1903-1909.
Pada abad ke-19 dan sebagian abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Indonesia yang berbeda-beda. Antara lain;
Pada abad ke-19 dan sebagian abad ke-20 terdapat tiga bidang historiografi Indonesia yang berbeda-beda. Antara lain;
a. Sejarah Kuno adalah sejarah yang tidak
atau kurang dikenal oleh masyarakat asli, biasanya ditulis oleh para fiolog,
epigraf dan para Arkeolog. Salah satu contohnya adalah karya N.J Krom engenai
sejarah kuno Indonesia.
b. Sejarah Koonial biasanya mencakup
masalah perdagangan, perang, perjanjian-perjanjian, dan administrasi orang-orang
eropa.
c. Sejarah Tengah atau periode tengah, sejarah
yang berkisaran antara empat sampai sepuluh abad sebelum abad ke-19, yang
merupakan penulisan sejarah penuduk asli, metode-metode modern dapat mulai
digunakan, menentukan tanggal secara tepat dan malah mengintepretasikan kembali
dari periode-periode ini.
5. Muangthain dan fillipina
Di Muangthain dan fillipina
perkembangan historiografi agak sedikit berbeda. Di Muangthai d Universitas
Chulalongkorn pada tahun 1917 mengajarkan mengenai sejarah kuno dan sejarah
modern. Sedangkan di Fillipina pada tahun 1611 universitas seperti Santo Thomas
tidak mengajarkan sejarah sekuler, tetapi sejak akhir abad ke-19 mulai banyak
memperkenalkan metode-metode sejarah yang modern. Tahun 1908 orang-orang
Amerika mendirikanuniversitas di Filipina dna mengajarkan sejarah modern.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara merdeka, mereka mulai mengambil langkah-langkah baru dalam historiografi, antara laiin:
Setelah berakhirnya Perang Dunia II dan bangsa-bangsa di Asia Tenggara merdeka, mereka mulai mengambil langkah-langkah baru dalam historiografi, antara laiin:
a. Diterbitkannya buku DGE Hall mengenai sejarah
Asia tenggata tahun 1955 semakin menyadarkan bangsa-bangsa di Asia Tenggara
perkembangan sejarah dari kuno hingga modern merupakan unit sejarah yang
lengkap.
b. Hasil penelitian J.C. Van Leur
merangsang timbulnya sejumlah karangan mengenai historiografi Indonesa yang
dicetuskan dalam seminar nasional I tahun 1957.
c. Usaha membentuk pertemuan Internasional
Association of Historians of Asia, yang melakukan kongres tiga atau empat tahun
sekali.
Selengkapnya...