Liga Peloponnesos atau Liga Peloponnesia adalah suatu persekutuan
negara-negara kota di wilayah Peloponnesos pada abad 6 dan ke-5 SM. Liga
ini didirikan oleh Sparta
Sejarah awal
Pada akhir abad ke-6 SM, Sparta adalah negara yang paling kuat di Pelopponnesia, baik dalam bidang politik maupun militer. Sparta memperoleh dua sekutu kuat, Korintus dan Elis, dengan cara menghentikan tirani di Korintus, dan membantu Elis mengendalikan Olimpiade. Sparta melanjutkan strategi seperti ini untuk mendapatkan sekutu lain di liga mereka. Sparta mengalahkan Tegea dalam suatu perang perbatasan dan menawarkan mereka sebuah aliansi pertahanan permanen, ini adalah titik balik dalam kebijakan luar negeri Sparta.
Banyak negara-negara lain di bagian tengah dan utara Peloponnesos bergabung dengan liga ini, yang pada akhirnya meliputi seluruh negara-kota di Peloponnesos kecuali Argos dan Akhaia. Dominasi Spartan dikukuhkan ketika Sparta mengalahkan Argos dalam pertempuran pada tahun 546 SM.
Organisasi
Liga ini dijalankan dengan Sparta sebagai pemimpinnya, dan dikendalikan oleh dua lembaga, yaitu Dewan Sparta, dan Kongres Sekutu di mana masing-masing negara anggota memilik hak satu suara terlepas dari kekuasaan geopolitik negara tersebut. Tidak ada upeti yang harus dibayar, kecuali dalam masa perang, ketika sepertiga dari kekuatan militer suatu negara dapat dimintai bantuan. Hanya Sparta yang dapat memanggil kongres Liga untuk melakukan rapat. Semua aliansi dibuat dengan Sparta saja, sehingga negara-negara anggota harus membentuk aliansi mereka sendiri satu sama lain. Dan meskipun masing-masing negara memiliki hak satu suara, Sparta tidak harus mematuhi keputusan yang dihasilkan Liga.
Liga ini memberikan perlindungan dan keamanan bagi para anggotanya, terutama bagi Sparta. Liga ini adalah persekutuan yang sangat stabil yang mendukung oligarki serta menentang tirani dan demokrasi.
Sejarah akhir
Setelah Perang Persia, Liga ini berganti menjadi Liga Hellen, yang anggotanya termasuk Athena dan negara-negara lainnya. Liga Hellen dipimpin oleh Pausanias, tetapi setelah dia dipanggil pulang, Liga tersebut dipimpin oleh Kimon dari Athena. Sparta keluar dan Liga Peloponnesos didirikan kembali dengan anggota sekutu-sekutu Sparta yang sebelumnya, sementara Liga Hellen berubah menjadi Liga Delos yang dipimpin oleh Athena. Ini mungkin disebabkan oleh Sparta dan sekutu-sekutunya yang merasa gelisah atas upaya Athena untuk menyebarkan kekuasaan mereka. Kedua Liga tersebut akhirnya terlibat dalam suatu konflik satu sama lain dalam Perang Peloponnesos. Di bawah kepemimpinan Sparta, Liga ini mengalahkan Athena dan sekutu-sekutunya pada 404 SM.
Pada tahun 370-an SM Liga ini berperang melawan Thebes dan pada akhirnya dikalahkan pada 371 SM dalam Pertempuran Leukra. Thebes kemudian memaksa Korintus dan negara-negara lain untuk memisahkan diri dari Sparta. Beberapa tahun kemudian, Liga Peloponnesos dibubarkan, ketika Filipos II dari Makedonia, ayah dari Aleksander Agung, membentuk Liga Korintus setelah mengalahkan Thebes dan Athena. Di Peloponnesos, liga tersebut kemudian digantikan oleh Liga Akhaia
Perang Peloponnesos (431–404 SM) adalah konflik militer pada zaman Yunani Kuno, terjadi antara Athena dan kekaisarannya melawan Liga Peloponnesos, dipimpin Archidamia. Sparta melancarkan invasi ke Attica, sementara Athena mengambil kesempatan keunggulan angkatan lautnya dan menyerang pantai Peloponnesos untuk menekan mereka. Periode perang ini berakhir pada tahun 421 SM, dengan ditandatanganinya Perjanjian Nicias. Namun, pertempuran kembali meletus. Pada tahun 415 SM, Athena melakukan invasi besar-besaran ke Syracusa di Sisilia. Serangan ini gagal, dengan kehancuran seluruh tentara tahun 413 SM. Kegagalan ini diikuti dengan fase ketiga perang, yang disebut Perang Decelea atau Ionia. Sparta, yang menerima dukungan dari Persia, mendukung pemberontakan di Athena, menghalangi keunggulan angkatan laut Athena. Kehancuran angkatan laut Athena di Aegospotami mengakhiri perang, dan Athena menyerah pada tahun berikutnya.
Pada masa Yunani Kuno, banyak terdapat polis-polis yang sangat besar dan mendominasi serta saling bersaing. Dan persaingan yang paling hebat adalah antara Athena dengan Sparta yang kemudian terjadilah konflik yang disebut dengan Perang Peloponesus. Penyebabnya adalah bahwa saat itu Athena tumbuh sebagai kota yang besar dan mendominasi, Sparta menganggap bahwa hal tersebut sebagai ancaman yang serius terutama pada bidang militer karena telah berhasil dalam mengalahkan pasukanPersia serta Athena menjadi pimpinan dari Confederacy of Delos (Delian League). Selanjutnya adalah Athena yang mulai mencoba memonopoli perdagangan di daerah Timur dan Barat. Untuk menyaingi Athena dengan Liga Delian-nya maka Sparta membentuk juga suatu Liga yang bernama Liga Peloponesus yang bersekutukan dengan Elis dan Corinth. Dimana Athena menguasai Lautan dan Sparta menguasai Daratannya dan juga persaingan antara dua ideologi poltik yang berbeda yaitu Demokrasi yang digunakan oleh orang-orang Athena dengan Oligarkhi yang dipegang teguh oleh Sparta.
Sejarah awal
Pada akhir abad ke-6 SM, Sparta adalah negara yang paling kuat di Pelopponnesia, baik dalam bidang politik maupun militer. Sparta memperoleh dua sekutu kuat, Korintus dan Elis, dengan cara menghentikan tirani di Korintus, dan membantu Elis mengendalikan Olimpiade. Sparta melanjutkan strategi seperti ini untuk mendapatkan sekutu lain di liga mereka. Sparta mengalahkan Tegea dalam suatu perang perbatasan dan menawarkan mereka sebuah aliansi pertahanan permanen, ini adalah titik balik dalam kebijakan luar negeri Sparta.
Banyak negara-negara lain di bagian tengah dan utara Peloponnesos bergabung dengan liga ini, yang pada akhirnya meliputi seluruh negara-kota di Peloponnesos kecuali Argos dan Akhaia. Dominasi Spartan dikukuhkan ketika Sparta mengalahkan Argos dalam pertempuran pada tahun 546 SM.
Organisasi
Liga ini dijalankan dengan Sparta sebagai pemimpinnya, dan dikendalikan oleh dua lembaga, yaitu Dewan Sparta, dan Kongres Sekutu di mana masing-masing negara anggota memilik hak satu suara terlepas dari kekuasaan geopolitik negara tersebut. Tidak ada upeti yang harus dibayar, kecuali dalam masa perang, ketika sepertiga dari kekuatan militer suatu negara dapat dimintai bantuan. Hanya Sparta yang dapat memanggil kongres Liga untuk melakukan rapat. Semua aliansi dibuat dengan Sparta saja, sehingga negara-negara anggota harus membentuk aliansi mereka sendiri satu sama lain. Dan meskipun masing-masing negara memiliki hak satu suara, Sparta tidak harus mematuhi keputusan yang dihasilkan Liga.
Liga ini memberikan perlindungan dan keamanan bagi para anggotanya, terutama bagi Sparta. Liga ini adalah persekutuan yang sangat stabil yang mendukung oligarki serta menentang tirani dan demokrasi.
Sejarah akhir
Setelah Perang Persia, Liga ini berganti menjadi Liga Hellen, yang anggotanya termasuk Athena dan negara-negara lainnya. Liga Hellen dipimpin oleh Pausanias, tetapi setelah dia dipanggil pulang, Liga tersebut dipimpin oleh Kimon dari Athena. Sparta keluar dan Liga Peloponnesos didirikan kembali dengan anggota sekutu-sekutu Sparta yang sebelumnya, sementara Liga Hellen berubah menjadi Liga Delos yang dipimpin oleh Athena. Ini mungkin disebabkan oleh Sparta dan sekutu-sekutunya yang merasa gelisah atas upaya Athena untuk menyebarkan kekuasaan mereka. Kedua Liga tersebut akhirnya terlibat dalam suatu konflik satu sama lain dalam Perang Peloponnesos. Di bawah kepemimpinan Sparta, Liga ini mengalahkan Athena dan sekutu-sekutunya pada 404 SM.
Pada tahun 370-an SM Liga ini berperang melawan Thebes dan pada akhirnya dikalahkan pada 371 SM dalam Pertempuran Leukra. Thebes kemudian memaksa Korintus dan negara-negara lain untuk memisahkan diri dari Sparta. Beberapa tahun kemudian, Liga Peloponnesos dibubarkan, ketika Filipos II dari Makedonia, ayah dari Aleksander Agung, membentuk Liga Korintus setelah mengalahkan Thebes dan Athena. Di Peloponnesos, liga tersebut kemudian digantikan oleh Liga Akhaia
Perang Peloponnesos (431–404 SM) adalah konflik militer pada zaman Yunani Kuno, terjadi antara Athena dan kekaisarannya melawan Liga Peloponnesos, dipimpin Archidamia. Sparta melancarkan invasi ke Attica, sementara Athena mengambil kesempatan keunggulan angkatan lautnya dan menyerang pantai Peloponnesos untuk menekan mereka. Periode perang ini berakhir pada tahun 421 SM, dengan ditandatanganinya Perjanjian Nicias. Namun, pertempuran kembali meletus. Pada tahun 415 SM, Athena melakukan invasi besar-besaran ke Syracusa di Sisilia. Serangan ini gagal, dengan kehancuran seluruh tentara tahun 413 SM. Kegagalan ini diikuti dengan fase ketiga perang, yang disebut Perang Decelea atau Ionia. Sparta, yang menerima dukungan dari Persia, mendukung pemberontakan di Athena, menghalangi keunggulan angkatan laut Athena. Kehancuran angkatan laut Athena di Aegospotami mengakhiri perang, dan Athena menyerah pada tahun berikutnya.
Pada masa Yunani Kuno, banyak terdapat polis-polis yang sangat besar dan mendominasi serta saling bersaing. Dan persaingan yang paling hebat adalah antara Athena dengan Sparta yang kemudian terjadilah konflik yang disebut dengan Perang Peloponesus. Penyebabnya adalah bahwa saat itu Athena tumbuh sebagai kota yang besar dan mendominasi, Sparta menganggap bahwa hal tersebut sebagai ancaman yang serius terutama pada bidang militer karena telah berhasil dalam mengalahkan pasukanPersia serta Athena menjadi pimpinan dari Confederacy of Delos (Delian League). Selanjutnya adalah Athena yang mulai mencoba memonopoli perdagangan di daerah Timur dan Barat. Untuk menyaingi Athena dengan Liga Delian-nya maka Sparta membentuk juga suatu Liga yang bernama Liga Peloponesus yang bersekutukan dengan Elis dan Corinth. Dimana Athena menguasai Lautan dan Sparta menguasai Daratannya dan juga persaingan antara dua ideologi poltik yang berbeda yaitu Demokrasi yang digunakan oleh orang-orang Athena dengan Oligarkhi yang dipegang teguh oleh Sparta.
Dan
pecahlah perang pada musim semi tahun 431 SM, dengan penyerangan Sparta
ke Attica dengan cara penyerangan jalan darat. Kota tersebut dilindungi
oleh benteng dinding yang sangat kokoh dan dapat ditembus oleh pasukan
Sparta yang kemudian mengakibatkan kekalahan di pihak Athena yang berada
dibawah kepemimpinan Perikles. Dalam historiografi konvensional telah
membagi perang Peloponesus menjadi tiga periode, yang pertama adalah
perang Archidamian.
Perang Archidamian
Perang
Archidamian dimulai oleh perang Stratus, dimana Athena mengeluarkan
kekuatan angkatan lautnya dengan mengirim 100 kapal dan berhasil merusak
kota Elis dan Laconia. Lalu orang-orang Thebes, sekutu Sparta yang
menyerang Boeotian kota di Plataea, sekutu Athena pada April 431 SM.
Lalu pada pertengahan Juni, para Peloponesian yang dipimpin oleh
Archidemian II menginvasi Attica. Pasukan Sparta yang terkenal tangguh
tersebut dapat menguasainya hanya dalam tiga minggu. Hal tersebut
terjadi dengan cepat karena Perikles salah menggunakan strategi perang,
strategi yang digunakan oleh Perikles adalah serangan secara frontal dan
terbuka padahal pasukan Sparta sudah terlatih sejak dini mampu
menghadapinya dengan mudah. Dan hampir sepertiga hingga duapertiga
penduduk Athena kehilangan nyawanya. Dan sialnya lagi Athens terkena
wabah mematikan yang membuat Perikles meninggal dunia pada 429 SM.
Dikarenakan takut tertular wabah tersebut maka pasukan Peloponesus pun
akhirnya meninggalkan Attica yang telah hancur.
Sepeninggal
Perikles yang telah meninggal karena wabah penyakit,maka munculah tokoh
oposisi dari Perikles yaitu Cleon. Ia membuat pasukan Athena lebih
agresif dalam melawan Sparta. Dan mulailah operasi penyerangan ke
Peloponesos, dengan membawa 5 kapal trireme dengan sekitar 400 pasukan
hoplites di bawah pimpinan Demosthenes seorang jenderal yang sangat
pintar. Dalam perjalanan mereka terkena badai hingga hampir sampai ke
daratan dekat Semenanjung Pylos. Dekat sana terdapat Pulau Spachteria
dimana menjadi pos terlemah dari Sparta, dan dengan strategi perang yang
sangat brilian dari Demosthenes maka pasukan Sparta mampu dijebak di
Spachteria dan menunggu mereka menyerah. Akhirnya Athena mendapatkan
kemenangannya atas Sparta di Spachteria, mereka berhasil menangkap
sekitar 300 hingga 400 pasukan hoplites milik Sparta dan menjadikan
mereka sebagai alat penawaran.
Mengetahui
hal tersebut Jenderal pasukan Sparta, Brasidas mengumpulkan pasukannya
dan melakukan march menuju ke Amphipolis kota koloni Athena yang
merupakan kota yang menghasilkan perak yang menjadi sumber dana perang
utama bagi Athena. Thucydides yang mengetahui hal itu mencoba mengejar
pasukan Sparta namun terlambat menghalau Brasidas menyerang Amphipolis.
Dan dalam Perang Amphipolis ini kedua pimpinan dari Sparta dan Athena,
yaitu Brasidas dan Cleon meninggal. Setelah hal tersebut maka kedua
belah pihak setuju untuk mengadakan perjanjian damai, yang syaratnya
adalah kota Amphipolis ditukar dengan pasukan Sparta yang telah ditawan
oleh Athena, perjanjian tersebut disebut Peace of Nicias (421 SM) dimana
mempertahankan status quo selama 50 tahun. Dan inilah menjadi akhir
dari periode pertama perang Peloponesus : Perang Archidamian.
Dengan
adanya Perjanjian Nicias pun tidak merubah faktor rivalitas antara
kedua daerah tersebut. Setelah meninggalnya Cleon, Athena mengadakan
pemilihan dan dimenangkan oleh Alcibiades, keponakan dari Perikles.
Dalam masa ini Athena memanfaatkan waktu untuk berkoalisi dengan Argos,
Mantinea, dan Elis. Namun seiring dengan waktu Sparta mengalahkan
Martinea dan setelah itu Sparta membuat perjajnian dengan Argos yang
secara langsung adalah sebuah pengkhianatan.
Di
lain tempat yaitu di Sicilia, sekutu Athens diserang oleh bangsa dari
Syracuse. Bangsa Syracuse adalah bangsa yang ber-etnik Dorian (sama
dengan etnik bangsa Sparta) maka dengan itu Alcibiades memerintahkan
untuk membantu sekutunya tersebut dengan mengirimkan pasukan untuk
berlayar ke Sicilia. Dalam ekspedisi itu terdapat 134 kapal, lebih dari
500 infantry, dan 30 cavalry. Setelah samapai di Sicilia sejumlah kota
disana mulai bergabung dengan pasukan Athena. Dalam sekejap saja
Syracuse mampu dihancurkan oleh jumlah pasukan Athena yang sangat
superior tersebut. Namun mereka terhalang oleh datangnya musim
dingin/salju, oleh karena itu pasukan Athena menunggu dan menghabiskan
waktu mereka untuk merencanakan bagaimana untuk menghancurkan Syracuse
secara total. Penundaan penyerangan oleh pasukan Athena tersebut
ternyata mampu dimanfaatkan oleh pihak Syracuse dengan mencoba meminta
bantuan kepada Sparta, dan akhirnya Sparta mengirimkan pasukan di bawah
pimpinan Gylippus. Ternyata dengan bantuan tersebut Syracuse dapat
dipertahankan dan mengalahkan pasukan Athena.
Setelah
kekalahan tersebut, pasukan Athena di Syracuse meminta bantuan juga
dari pusat dan dikirimkanlah Jendral brilian mereka yaitu Demosthenes.
Setelah mengalami beberapa pertempuran lagi pasukan Athena tetap saja
mengalami kekalahan, oleh karena itu Demosthenes menganjurkan untuk
mundur tetapi Nicias awalnya menolak tetapi pada akhirnya menyetujui.
Dengan hampir semua pasukan yang terbunuh dan hanya sedikit saja yang
mampu pulang ke rumah.
Dengan
berakhirnya perang di Sicilia, sekali lagi Athena mengalami kekalahan
kembali. Dan Athena mencoba untuk bertahan setalah mengalami kekalahan
tersebut dan mencoba untuk bangkit kembali dengan cepat. Memanfaatkan
kelemahan Sparta yang lambat dalam menyiapkan pasukannya ke Aegea dan
kelelahan fisik pasukannya serta pasukan dari Persia yang juga belum
siap. Dan juga ketidaksigapan pegawai pemerintahan dari
Sparta yang memang tidak terlatih sebagai diplomat. Selain itu Athena
juga mempunyai kekayaan yang sangat berlimpah. Namun Athena juga sempat
digoyang pemberontakan revolusi oligarki.
Pertempuran
terakhir pun terjadi pada tahun 406 SM, Athena memenangkan pertempuran
Laut di Arginusae, dimana Sparta kehilangan banyak kapal dan mengalami
penurunan moral. Sparta yang dipimpin oleh Jendral Lysander. Dia adalah
bukan anggota keluarga kerajaan Sparta dan juga bukan seorang ahli
strategi tetapi dia adalah seorang diplomat yang mempunyai hubungan baik
dengan pangeran Persia, Cyrus (putra Darius II). Dan ternyata Lysander
telah belajar banyak dari kekalahan di Arginusae dalam pertempuran di
Laut Aegospotami (404 SM) kemenangan menjadi milik Sparta dengan mampu
menghancurka 168 kapal dan menangkap sekitar tiga ribu pasukan Athena
dengan bantuan Persia. Dan mampu masuk ke pusat kota setelah menembus
dinding yang sangat kokoh.
Athena menyerah pada akhirnya pada tahun 404 SM setelah mengalami masa-masa perang yang merupakan bencana besar bagi Athena.
No comments:
Post a Comment